Kamis, 17 Juli 2008

Helmy Yahya Hadir, Golput Berpikir Ulang

T. WIJAYA
Helmy Yahya Hadir, Golput Berpikir Ulang

DARI sejumlah pemilihan kepala daerah di Sumatra Selatan dalam tahun 2008 ini, angka golongan putih alias golput yakni orang-orang yang tidak menggunakan hak suaranya cukup tinggi. Rata-rata 30 persen. Bahkan, saat pemilihan kepala daerah Palembang periode 2008-2013, yang dimenangkan Eddy Santana Putra-Romi Harton, suara golput nyaris mencapai 40 persen. Maka, tidak heran, pemilihan gubernur Sumatra Selatan periode 2008-2013 jauh-jauh hari diprediksi sejumlah kalangan akan dipenuhi suara golput.
Namun, prediksi besarnya suara golput mungkin akan mengalami penurunan. Sebab kehadiran Helmy Yahya sebagai calon wakil gubernur Sumatra Selatan yang diusung PDI Perjuangan, PKS, PPP, dan sejumlah koalisi parpol kecil, membuat para golput berpikir ulang dengan sikapnya.
“Terus-terang, saya ini mau mengambil sikap golput dalam pemilihan gubernur Sumsel nanti, seperti saat pemilihan walikota Palembang kemarin. Tapi, setelah tahu Helmy Yahya maju, serta mendengar sejumlah pemikirannya melalui beberapa seminar dan talkshow di kampus, radio, dan tv, saya mungkin akan memilih dia,” kata Zulkarnain, seorang pelaku bisnis IT di Palembang, dalam sebuah perbincangan.
Menurut Zulkarnain, Helmy Yahya yang sebelumnya dikenal sebagai selebritis ternyata memiliki visi dan misi pembaharuan dalam karakter pemerintahan di Sumatra Selatan. Misinya dalam memperbaiki sumber daya manusia Sumatra Selatan, khususnya kaum muda, membuatnya tergugah. “Dia sangat tepat mengatakan bahwa selain ilmu pengetahuan, anak muda sekarang harus memiliki mental yang bagus. Sebab tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini,” kata Zulkarnain.
Sementara Vera Kurniawan, seorang pegawai sebuah perusahaan jasa komunikasi seluler, mengatakan dia tertarik dengan Helmy Yahya lantaran dia orang muda. “Saya melihat pada sosok Helmy ada keinginan perubahaan. Karier dan karya-karyanya menunjukkan hal itu. Bukan tidak mungkin kemampuannya dalam manejemen dan promosi dapat ditularkan saat dia mengelola birokrat nanti,” katanya.
Baik Zulkarnain maupun Vera, menilai tiga nama lainnya sebagai calon pemimpin Sumatra Selatan yakni Syahrial Oesman yang akan didampingi Helmy Yahya, maupun pasangan Alex Noerdin dan Eddy Yusuf, bukan sosok yang memberikan “harapan”. Kenapa? “Mereka itu kan birokrat sejati, orang lama, jadi sulitlah mereka diharapkan mau melakukan perubahan, apalagi mengerti keinginan orang muda,” kata Zulkarnain.
Bukankah Helmy Yahya berpasangan dengan Syahrial Oesman? “Ya, memang demikian. Tapi, nanti kan ada pembagian tugas. Harapan saya, Helmy dapat memengaruhi pemikiran Syahrial Oesman dalam memimpin Sumsel bila mereka terpilih,” kata Zulkarnain.

Anak Muda dan Ibu-Ibu
Selain kelompok golput, yang diperkirakan adalah kelompok kelas menengah, kehadiran Helmy Yahya yang merupakan anak orang miskin—bapaknya seorang ustad dan pedagang kaki lima di Pasar 16 Ilir—yang sukses mengembangkan dirinya sebagai seorang pengusaha dunia hiburan di Jakarta, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Berdasarkan beberapa kali kunjungan Helmy Yahya di sejumlah daerah, seperti di pasar dan kampung, Helmy Yahya banyak dikurumi anak-anak muda dan para ibu atau perempuan.
Bahkan, layaknya selebriti, ada sejumlah ibu-ibu yang nekad mencari kediaman Helmy Yahya di kawasan Jakabaring, Seberang Ulu, Palembang, hanya untuk berfoto bersama.
“Helmy persis anak aku yang tertua, sekarang merantau ke Batam. Aku mimpi nian anak aku itu bisa sukses seperti Helmy. Kami ini juga keluarga miskin, seperti orangtua Helmy. Ya, mana tahu kami dapat berkahnya,” kata Sri Sulastri (58), warga Kertapati, yang akhirnya berhasil menemui Helmy Yahya di kediamannya di Jakabaring buat berfoto bersama.
Tidak semua warga Palembang optimistis dengan kehadiran Helmy Yahya, sejumlah kalangan praktisi politik dan akademisi, menilai Helmy Yahya diragukan mampu memimpin Sumsel. “Dia kan seorang pengusaha dunia hiburan. Manajemen pemerintahan dan dunia hiburan itu berbeda. Saya ragu dengan kemampuannya dalam memimpin Sumsel,” kata seorang dosen dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, yang tidak mau namanya disebutkan.
Menurut dosen pendidikan ini, masyarakat Sumsel harus jeli dan hati-hati menilai calon pemimpinnya ke depan.

Terhadap kritik ini, dalam sebuah wawancara dengan sebuah radio swasta di Palembang, Sonora FM, beberapa hari lalu, Helmy mengatakan dirinya memang belum berpengalaman menjadi pemimpin sebuah instansi pemerintah, meskipun dirinya pernah tercatat sebagai pegawai negeri di Jakarta. “Tapi, dengan modal niat saya buat kepentingan publik, mungkin saya akan dengan cepat mengerti manejemen sebuah pemerintahan,” kata selebriti yang mendapatkan beasiswa pendidikan dari sekolah dasar hingga menyelesaikan S2-nya di Amerika Serikat, serta menjadi pelajar teladan tingkat Sumatra Selatan maupun nasional itu. *

Foto: Helmy Yahya dikurumi ibu-ibu pengajian dalam sebuah kunjungannya ke kampung kelahiran orangtuanya, Ogan Ilir, Sumatra Selatan (Foto: Istimewa)

0 Comments: