Kamis, 06 November 2008

Catatan Buat Alex Noerdin-Eddy Yusuf

Oleh T. WIJAYA
KEMENANGAN pasangan Alex Noerdin-Eddy Yusuf sebagai pemimpin Sumatra Selatan lima tahun ke depan, 2008-2013, merupakan bukti bahwa sebagian besar masyarakat Sumatra Selatan setuju dengan program Sumsel Sehat dan Cerdas. Jadi, apa pun kondisinya, program tersebut harus dijalankan secara optimal.
Lalu, cukupkah program tersebut dijalankan tanpa strategi kebudayaan? Artinya program itu hanya berjalan dalam kacamata proyek, misalnya cukup menyediakan obat-obat dan alat kesehatan serta penyediaan alat pendidikan, tanpa melihat dari kepentingan kebudayaan.
Sebab dalam pengertian dasar, mencerdaskan dan menyehatkan manusia merupakan tujuan utama dari sebuah strategi kebudayaan. Peradaban yang dibangun melalui agama, ilmu pengetahuan, kesenian, tradisi, teknologi, muara idealnya yakni menciptakan manusia yang sehat dan cerdas.
Jadi, program Sumsel Sehat dan Cerdas sebetulnya semacam penegasan kembali atas semua agenda kerja pembangunan yang dijalankan pemerintah Indonesia, termasuk pemerintah Sumatra Selatan, selama ini. Artinya pula bukan sesuatu yang baru, sebab selama ini setiap pemerintahan di Sumatra Selatan secara tidak langsung bercita-cita mewujudkan masyarakatnya sehat dan cerdas.

Crash Program
Cukupkah menciptakan manusia Sumatra Selatan menjadi cerdas dan sehat hanya melalui agenda kerja sekolah gratis dan berobat gratis? Saya pikir tidak. Sebab pertanyaan selanjutnya mengenai kualitas dari sekolah dan berobat gratis itu. Kalau pendidikan dan berobat gratis itu memiliki kualitas yang rendah, artinya hanya sebatas pemenuhan kebutuhan dasar, target perwujudan Sumsel Sehat dan Cerdas dapat dikatakan sebagai utopia belaka.
Bahkan, bila pemenuhan “gratis” berhenti di tengah jalan tanpa menghasilkan produk yang ideal, dia hanya menjadi semacam penyakit baru bagi masyarakat. Tepatnya mental masyarakat menjadi “peminta”. Analognya, saat sekolah digratiskan para orangtua ramai-ramai menyekolahkan anaknya, tapi ketika program itu berhenti, mereka kembali mengajak anaknya bekerja di kebun, sawah, atau di pasar.
Namun, di sisi lain, melihat kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat serta berbanding dengan kekayaan alam Sumatra Selatan, program tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak, crash program.

Pembangunan Humaniora dan Lingkungan Hidup
Program Sumsel Sehat dan Cerdas menurut saya merupakan peluang pemerintah dan masyarakat buat membangun manusia Sumatra Selatan yang ideal atau yang berkualitas di masa mendatang.
Artinya, di tengah fasilitas gratis itu, perlu dilakukan pengisian terhadap dunia pendidikan dan kesehatan, melalui strategi pembangunan yang mumpuni.
Saya memberikan dua saran strategi pembangunan manusia Sumatra Selatan buat mengisi program Sumsel Sehat dan Cerdas tersebut.
Pertama, pembangunan humaniora. Krisis yang melanda Indonesia saat ini, salah satu penyebabnya lemahnya pembangunan humaniora yang dijalankan pemerintah. Pemerintah hanya sebatas melihat pembangunan fisik tanpa melihat isi dari pembangunan tersebut. Misalnya pendidikan yang hanya dilihat dari gedung sekolah, gaji guru, pakaian sekolah, dan penyediaan alat peraga pendidikan, tanpa melihat isi atau muatan yang diterima atau diajarkan dalam dunia pendidikan tersebut. Pendidikan di Indonesia akhirnya hanya melahirkan manusia yang kaku, tidak inspiratif, dan tidak sensitif lingkungan.
Apa saja yang harus diberikan kepada dunia pendidikan kita? Yang pertama yakni perlu diberikan kepada para pelajar, mulai pendidikan dasar hingga menengah atas, yakni pelajaran yang memiliki nilai muatan lokal seperti bahasa lokal, kesenian lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi lokal. Misalnya soal bahasa, adat-istiadat, makanan, pakaian, filosofis hidup.
Yang kedua, yakni mata pelajaran mengenai lingkungan hidup. Kearifan menata limbah, lingkungan rumah, mengenal sumber daya alam, serta lainnya.
Merangkum isu-isu di atas, mungkin para pelajar di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas, dapat diberikan pelajaran mengenai bahasa lokal, kesenian lokal, dan Kitab Simbur Cahaya. Kitab Simbur Cahaya yang disusun Ratu Sinuhun lima abad lalu itu, sebagian besar masih aktual pada saat ini, terutama terkait pendidikan mengenai lingkungan hidup, adat-istiadat, dan hubungan sosial pada masyarakat Sumatra Selatan.
Sementara di tingkat perguruan tinggi, perlu dilahirkan perguruan tinggi seni atau filsafat.
Kedua, yakni pendidikan lingkungan hidup terhadap masyarakat seperti memberikan pelatihan dan pembentukan organisasi pencinta tanaman atau pengelolaan limbah keluarga dan industri. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang konsen dengan persoalan lingkungan hidup.
Adapun dampak dari muatan pendidikan yang diberikan pada program Sumsel Sehat dan Cerdas ini, akan didapatkan beberapa keuntungan:
1. Pelajar mendapatkan kesadaran mengenai tradisi, seni, adat-istiadat, dan kearifan terhadap lingkungan hidup, yang berkarakter lokal. Dampaknya terbangun kesadaran yang luas dan mendalam sebagai manusia Sumatra Selatan, lantaran mengenal diri sendiri, percaya diri, sehingga memiliki rasa cinta terhadap masyarakat dan sumber daya alam Sumatra Selatan.
2. Masyarakat menjadi sehat, sebab mengenal, menjaga, dan melestarikan lingkungan hidup yang bersih, alami, dan indah.
3. Teroptimalnya peranan aktor-aktor humaniora dalam proses pembangunan di Sumsel, yang mana selama ini termarginalkan dalam setiap pembangunan, seperti pekerja seni, aktifis lingkungan hidup, tokoh adat-istiadat.
Sebagai penutup, saya kembali menegaskan Program Sumsel Sehat dan Cerdas jangan sampai sebatas pembagian obat dan alat peraga pendidikan secara gratis, tapi kualitas pelajaran menurun dan lingkungan hidup masyarakat tidak sehat. [*]

0 Comments: