Rabu, 19 November 2008

Peduli Soeharto, Bagaimana Nasir?

Oleh T.WIJAYA

AWALNYA Hitler merupakan pahlawan bangsa Jerman. Lalu, dia menjadi penjahat perang, terutama bagi bangsa Yahudi. Kini, ketika Jerman mengalami krisis ekonomi dan sosial, Hitlet kembali menjadi pahlawan buat sebagian rakyat Jerman.

Soekarno, awalnya juga seorang pahlawan. Tak lama kemudian Soekarno buat sebagian rakyat Indonesia merupakan “penjahat”. Selanjutnya Soekarno kembali menjadi pahlawan. Bahkan pada saat Soeharto berkuasa, Kelompok Kampungan, sebuah grup musik dari Yogyakarta pada tahun 1970-an, menuliskan lagu yang sempat dilarang Soeharto itu, berjudul, “Bung Karno”.

Liriknya antara lain, “Memandang Indonesia dari sisi sudut sejarah, teringat pada Bung Karno. Seorang manusia, yang pernah lahir di Indonesia, dan dicatat oleh sejarah. Sejarah merah-putih. Sejarah dunia. Sejarah seorang manusia. Mengenangkan Indonesia, terkenang akan para pahlawan, pejuang kemerdekaan, manusia Indonesia, berkata kepada Indonesia, aku cinta negeri Indonesia. Bung Karno telah pergi dengan segala kekurangan dan kelebihannya...”

Selanjutnya, Soeharto. Awalnya dia merupakan pahlawan. Namun, dia pun dinyatakan sebagai musuh rakyat. Kini, sebagian rakyat menempatkan dirinya sebagai pahlawan. Salahkah? Entahlah. Yang pasti kita boleh membuat lagu berjudul “Pak Harto” yang liriknya mungkin dapat mencaplok lagu “Bung Karno” milik Kelompok Kampungan tersebut.

Saya hanya mengingatkan. Banyak sekali para pejuang Indonesia yang belum diakui atau dinyatakan sebagai pahlawan. Ini sama sekali tidak disentuh oleh pemerintah Soekarno, Soharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY. Mereka itu contohnya Bung Tomo dan Muhammad Nasir.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan kekuatan baru parpol “kanan” di Indonesia. Mereka membangun citra sebagai parpol yang menjaga moral; politikus PKS tidak korup, tidak tertangkap bermain judi atau perempuan, dan dekat dengan rakyat. Meskipun soal melahirkan kebijakan buat publik, tampaknya PKS masih sama dengan parpol lainnya, tapi itu sudah cukup membuat PKS sebagai parpol yang mendapat jutaan pendukungnya.

Tiba-tiba PKS membuat suatu gebrakan yakni memosisikan Soeharto sebagai pahlawan. Sungguh mengejutkan. Semua rakyat Indonesia mendiskusikan sikap PKS ini. Ada yang mendukung, dan ada yang tidak.

Jika Parpol Golkar yang melakukannya mungkin tidak mengejutkan. Jadi, langkah PKS ini sebuah kecerdasan buat mempopuliskan dirinya menjelang Pemilu 2009.
Namun, saya hanya ingin bertanya, kenapa PKS tidak memperjuangkan Muhammad Nasir sebagai pahlawan nasional? Dan, saya pun bertanya, benarkah PKS merupakan parpol yang menampung karakter politisi Islam di masa lalu, yang tersingkirkan di era Soekarno maupun Soeharto? Ya, PKS adalah PKS, seperti karakter politisi mereka di parlemen yang ada saat ini. Soal moral tidak kompromi, soal kebijakan bisa kompromi. [*]

0 Comments: