Kamis, 05 Juni 2008

Esai Mencari Sahabat Rasul








T. WIJAYA
Mencari Sahabat Rasul

Siapa berani berkata Sukarno tidak pernah bersalah?
Siapa berani berkata Gandhi tidak pernah bersalah?
Siapa berani berkata Mao Tje Tung tidak pernah bersalah?
Pernah bersalah...
Tapi, Nabi, Rasul tidak pernah bersalah....


Demikian potongan pidato Bung Karno mengenai sosok Muhammad saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di awal 1960-an. Muhammad adalah sosok manusia sempurna. Manusia pilihan Allah.

Namun, mengapa hari ini waktu kita lebih banyak dihabiskan membicarakan Pemilu 2009 atau calon presiden, bukan merenungkan eksistensi maupun pesan dari Muhammad?

Tak ada politikus muslim berani menjawabnya. Semuanya menangis di malam Maulid Nabi. Menyesali diri. Lalu, mulut mereka sibuk memuji nama Allah dan Muhammad. Tubuh mereka melayang. Terbang. Kedua kaki yang sebelumnya “semutan” terasa lepas dari tubuh.

Betul-betul malam yang mengharukan. Kematian terasa begitu dekat. Harta begitu tak berarti. Korupsi begitu memalukan.

Mereka seperti mengamini pernyataan Bung Karno, 44 tahun lalu, yang mengatakan Bung Karno pernah bersalah, Gandhi pernah bersalah, sebab mereka manusia biasa. Tidak seperti Muhammad, yang merupakan manusia pilihan Allah.

PAGI ini, seharusnya kesadaran itu terus bertahan. Seharusnya. Ternyata, para politikus itu kembali membicarakan soal Pemilu 2009 dan calon presiden. Mereka membicarakan siapa calon presiden yang cocok, dan partai politik apa yang akan menjadi lawan yang tangguh.

Saat ditanya apa kaitan calon presiden Indonesia dengan nabi Muhammad? Mereka menjawab “kita butuh presiden seperti sahabat rasul”. Sahabat rasul yang jujur seperti Abubakar, yang cerdas seperti Syaidina Ali, yang memakmurkan seperti Usman, yang membangun karakter seperti Umar.

Benarkah? Ada yang pernah bilang, Indonesia sudah pernah dipimpin mereka yang mirip para sahabat Muhammad. Soekarno itu mirip Umar, BJ. Habibie itu mirip Syaidina Ali, Soeharto itu mirip Usman. Jadi, kita sekarang membutuhkan pemimpin seperti Abubakar. Pemimpin yang jujur.

Lalu, siapakah calon presiden Indonesia yang jujur seperti Abubakar? Yang berani mengatakan Indonesia ini miskin, yang berani mengatakan dirinya pernah melakukan kesalahan, yang berani mengakui dirinya manusia biasa. Entahlah. Sebab semuanya mengatakan dirinya paling bersih, paling benar, dan paling jujur, seperti Muhammad, meskipun rasul itu selalu merasa hina di hadapan Allah. * Dimuat Deticom, Maret 2008

0 Comments: