Selasa, 03 Juni 2008

Narasi Pabrik Udang (4)








KASUS PT WACHYUNI MANDIRA (4)

Kamp Konsentrasi Pertambakan Terbesar Se-Asia Tenggara


DALAM peta, Desa Bumi Pratama Mandira, Mesuji, OganKomering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, mungkin hanya sebuah titik di pantaiTimur pulau Sumatera bagian Selatan. Namun, desa yang luasnya kurang-lebih20.000 hektare ini merupakan pertambakan udang windu terbesar di AsiaTenggara yang dibangun PT Wachyuni Mandira selama satu sejak 1995.
Desa pertambakan ini terbagi dalam 161 kanal dalam empat blok, tapi baru duablok yang dihuni petambak plasma: Blok 3 dan 4. Setiap jalur dihuni 16 kepalakeluarga petambak. Desa yang kepala desanya ditunjuk PT WM itu diresmikanGubernur Sumsel Ramli Hasan Basri, November 1996.


Proses pembangunan desa ini banyak menimbulkan reaksi dari berbagai pihak,terutama para petambak tradisional di Desa Sungaisibur, Karangindah Kecik,dan Karangindah Besak. Sebabnya, perusahaan ini melakukan penggusuranlahan milik para petambak tradisional secara sepihak. Selain proses ganti rugiyang semaunya, para petambak tradisional yang lahan tergusur mengalamiintimidasi dari aparat militer.


Bahkan banyak terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan aparat militer.Misalnya Hasan Bin Anang, 47 tahun, petambak tradisional yang juga Ketuaketip (penghulu) di Desa Sungaipinang Indah, mengalami stress selama tigabulan, dan sempat dirawat di rumah sakit, akibat seorang polisi menembakkanpeluru timah di atas kepalanya. Polisi yang bernama Mawarno dari Polres OKIitu menembaknya saat dia mencoba menghalangi jalan escavator yang masuk kearea tambaknya.


Setelah diresmikan, masuklah ribuan petambak, baik yang sebelumnyapetambak tradisional atau petambak dari Palembang, Lampung, dan Jawa,menjadi petambak plasma. Mereka yang sebagian membeli kartu plasmakepada pihak perusahaan antara Rp2-2,5 juta itu, membawa harapan besarmenjadi petambak plasma yang sukses. Apalagi, dijanjikan perusahaan, setelahdelapan tahun, mereka akan memiliki dua lahan tambak. Setiap tambakberukuran 2.500 meter persegi.


Namun, mimpi manis 2.500 petambak dan 3.500 anggota keluarganya menjadimimpi buruk. Desa yang dibatasi Sungai Mesuji dan Laut Jawa tersebut, selamadua tahun malah mengubur harapan mereka.


Para petambak yang mendapat pinjaman sebesar US$ 70.000 dari BankDagang Nasional Indonesia (BDNI) -- yang kini dibekukan -- sejak panenpertama belum pernah menerima bagi hasil dari pihak perusahaan. Bahkanmereka tidak mengetahui berapa besar biaya pengembalian pinjaman yangdibayar mereka melalui PT WM, karena PT WM tidak pernah memberitahupara petambak.


Sebetulnya, saat pertama memasuki desa pertambakan tersebut, merekalangsung mendapatkan kebohongan dari pihak perusahaan. Rumah, peralatanrumah tangga, serta peralatan tambak yang disebutkan dalam akad kredit tidaksesuai dengan yang terima.
Misalnya, rumah yang mereka kredit jauh dari layak. Kayu rumah sudah tampakrusak. Begitupun peralatan rumah tangga, sebagian besar sudah rusak dan tidakdapat dipakai lagi.
Lalu, peralatan pertambakan seperti selang spiral air dan mesin penyedot airjuga tidak sesuai. Mesin penyedot air yang seharusnya diberikan pada setiappetambak satu buah, ternyata diberikan satu buah untuk empat petambak.Merk penyedot air itupun bukan Submarsible seperti disebutkan, tapi digantimerk Alkon yang harganya jauh lebih murah.


Pada panen pertama, enam bulan kemudian, para petambak tidak menerimabagi hasil dari penjualan udang yang diekspor ke luar negeri itu. Mereka hanyadiberi bonus uang oleh pihak perusahaan setiap bulan sebesar Rp175 ribu, sertabantuan sembako senilai Rp80 ribu berupa 35 kg beras, 3 kg gula pasir, 2 kgminyak sayur, 2 kaleng susu instant ukuran sedang, 1/4 kg kopi, 1 dos mieinstant, 1/4 kg sabun cuci, dan 20 liter minyak tanah.


Pada mulanya, para petambak mengira bonus uang itu merupakan persentasedari penjualan udang, baru setahun kemudian mereka mengetahui bila bonusuang itu merupakan bagian dari kredit mereka kepada BDNI.


Karena itu para petambak protes. Tetapi, protes berbentuk dialog tidakmendatangkan hasil maksimal. Mereka hanya menerima perubahan jumlah uangbonus: bulan Januari-Agustus 1998 menerima bonus Rp220 ribu dan bantuansembako senilai Rp100 ribu; September 1998 menerima bonus sebesar Rp375ribu dan bantuan sembako senilai Rp125 ribu; pada Oktober 1998 bonus naikmenjadi Rp500 ribu, dan bantuan sembako senilai Rp175 ribu.


Padahal bila hak hasil usaha diterima petambak setiap kali panen, kredit US$70.000 dari BDNI dapat terlunasi sesuai batas waktu, delapan tahun. Sebabsetiap kali panen, dengan hasil minimal 1 ton untuk dua tambak dengan hargaudang per kilogram Rp100 ribu, para petambak menerima hasil kotor sebesarRp100 juta, sebelum dikurangi biaya produksi, cicilan kredit, dan simpanan.


Namun, selain tidak berlakunya bagi hasil, para petambak dan keluarganya dilokasi pertambakan mengalami tekanan. Mereka tidak diperbolehkanmelakukan komunikasi dengan pihak luar, atau setidaknya melalui birokrasiyang ketat dan panjang bila ingin mendapatkan izin keluar lokasi walau ituberhubungan dengan hajatan, atau ada keluarga yang meninggal dan sakit.


Bahkan, aparat marinir yang diperbantukan pihak perusahaan seringkalibertindak kasar terhadap para petambak. Pernah suatu kali, beberapapetambak dipukuli dan diterjang aparat karena ribut dengan sesama petambaksaat pertandingan sepakbola.


Sedangkan para pengawas lapangan sering kali melakukan intimidasi terhadappetambak. Misalnya ancaman surat peringatan apabila petambak tidak menurutiatau alpa instruksi yang mereka perintahkan. Bahkan banyak petambak yangdicabut keanggotaan plasma-nya tanpa alasan jelas, contohnya karena mesinpembangkit listrik tambak meledak karena persoalan teknis, petambaknyalangsung dicabut plasma-nya tanpa uang ganti rugi serupiah pun.


Lolos Lewat Rawa-Rawa
Pernah ada petambak melakukan protes terhadap pengawas lapangan melaluisurat maupun lisan, langsung dicabut plasmanya. Bila misalnya tercium aromamasakan udang, mereka langsung didatangi dan dibawa ke kantor, disidangkanselanjutnya diberikan surat peringatan.
"Kami seperti hidup dalam camp konsetrasi," kata Iskandar Bachtiar, petambakasal Palembang.



Kisah yang dialami usai kerusuhan 15 November 1998 kian mempertegasbetapa tercekamnya kehidupan para petambak itu. Seorang ibu dan anaknya,Ny. Siti Fatimah (35) dan Holid Mawardi (5), yang sakit akibat kekuranganpangan, keluar dari lokasi melalui jalan alternatif. Mereka berjalan kaki dirawa-rawa selama delapan jam, sebelum naik kendaraan umum menujuPalembang.


Selama menyusuri rawa-rawa mereka melihat para aparat marinir berjaga-jagadi sekitar lokasi, serta di beberapa daerah di dekat perkampungan pendudukseperti Desa Gajahmati, Rawajitu, Sungaisibur, dan Sungaipinang Indah.


"Sesampai di Palembang, kami merasa seperti terhindar dari kematian," kataEndang, 32 tahun, setelah mengantarkan ibu dan anak yang mereka bawa kaburke RS Charitas.
Selain korban tiga petambak yang dipukuli, empat petambak ditembak kakinya,dan empat petambak dikeroyok pam swarkarsa, kondisi fisik dan mental 6.000jiwa keluarga petambak di lokasi pertambakan sangat mengkhawatirkan.


Sebagian besar petambak dan anggota keluarganya mengalami stress. Tercatat,bapak seorang petambak kedua kakinya lumpuh akibat stress, seorangpetambak sakit tifus, lima istri petambak yang tengah hamil mengalami gangguankesehatan, serta seorang anak kecil menderita tumor di bawah mata.


Selain itu, ribuan petambak dan keluarganya mengalami kekurangan bahanmakanan. "Tiap malam, setiap blok, bayi-bayi menangis karena air susu ibunyakering," kata petambak Kiswanto. "Untuk mendapatkan susu para ibu terpaksamembawa bayinya keluar lokasi menemui penduduk sekitar melalui jalan pintasdi hutan," sambungnya.


Menurut Endang, kelima ibu hamil tua yang mengalami gangguan kesehatan itu,tidak dapat berobat ke rumah sakit PT Depasena Citra Darmaja jaraknya belasan kilometer atau satu jam perjalanan menggunakan speedboat dari Desa Bumi Pratama Mandira walau pihak perusahaan mengizinkan.***

*) Palembang, Indonesia 7 Desember 1998, saat menulis ini saya bekerja di Lampung Post dan peserta Workshop Liputan Politik yang diselenggarakan LP3Y)


1 Comment:

Tommy said...

Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller evapko, boiler,oli industri, defoamer anti busa,dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
WA:0813-1084-9918
Terima kasih