Senin, 02 Juni 2008

Esai Wangsit








T. WIJAYA
Walikota dan Wangsit

RASANYA tidak ada lagi kata yang dapat mengungkapkan kondisi Indonesia hari ini. Dari persoalan bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, lumpur Lapindo, banjir, kebakaran hutan, hingga persoalan korupsi, pelayanan publik yang lemah, dan kriminalitas, yang tidak kunjung selesai.


Saya, seperti manusia Indonesia lainnya yang percaya dengan Tuhan, tentu saja berdoa dan mohon ampun, agar Indonesia selamat dari segala cobaan ini.


Beberapa waktu lalu,Presiden Susilo Bambang Yudhyono, mengatakan persoalan di daerah, secara tidak langsung merupakan tanggung jawab kepala daerah. Menurut saya, itu merupakan pernyataan yang benar. Sistem pemerintahan semi-federal atau otonomi daerah, memang memberikan peranan yang cukup penting atau besar buat seorang kepala daerah dalam memutuskan kepentingan daerahnya. Meskipun, buat beberapa hal, seperti kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak, atau berperang dengan negara lain, tetap menjadi tanggung jawab presiden.


Contohnya, apakah persoalan penggusuran pedagang kaki lima di Palembang , kita harus ramai-ramai aksi ke Istana Presiden di Jakarta, dan menuntut presiden mengatasi persoalan tersebut? Tentu saja tidak. Bila pun yang dapat dilakukan presiden, mungkin hanya memberikan teguran atau saran, itu pun kalau ada waktu, dan si kepala daerah menerimanya.
NAH, beberapa malam yang lalu, di antara tidur dan bangun, atau istilahnya "tidur-tidur ayam", saya merasa kedatangan seorang yang mengenakan jubah putih, besar tinggi, bermata biru, dan berambut panjang ikal hingga ke pundaknya.


Saya gemetar menatapnya. Mulut saya terkatup. Dia kemudian berkata, "Awak saya angkat menjadi walikota. Katakan kepada semua rakyat Palembang bahwa kamu adalah walikota Palembang . Sebab hanya di tangan awak, Palembang akan selamat. Bila tidak percaya dengan pernyataan kamu, biarkan Tuhan yang akan menghukum mereka," katanya.


Saya terbangun. Malam itu juga, saya membangunkan istri saya, dan menceritakan mimpi tersebut. Dia hanya tertawa.


Besoknya, di kantor, tempat saya kerja, sebuah kantor pemerintah yang tugasnya melayani masyarakat, saya ceritakan mimpi tersebut kepada teman saya. Teman saya yang dikenal cukup alim itu kemudian menyarankan saya menemui orang pintar, yang dikatakannya sebagai guru spiritualnya.


Singkat cerita, saya bertemu dengan guru spiritual tersebut. Saya ceritakan peristiwa tersebut. Kemudian, dia melakukan ritual yang disebutnya "penghadiran". Lalu, saya pun terkejut, "Awak telah menerima wangsit. Awak memang diamanatkan menjadi Walikota Palembang. Itu merupakan permintaan leluhurmu," katanya.


"Tetapi, saya ini bukan orang alim. Saya jarang melakukan salat, sering mabok-mabokan, dan maaf, guru, saya juga sesekali ke tempat pelacuran. Apa mungkin itu memang wangsit buat saya?"


"Wangsit tidak melihat siapa orang yang menerimanya. Terserah kamu, apakah mau menerima resikonya bila tidak menjalankan wangsit tersebut?" katanya.


Dia pun menceritakan bahwa dia banyak menyukseskan orang yang menjadi kepala daerah. Dan, semua kepala daerah yang sukses itu, pada awalnya berdasarkan wangsit.


Sebelum pulang, saya diberikan sebuah keris yang dapat terbang apabila saya membacakan sebuah mantra, yang dibisikkannya kepada saya. Saya coba hal tersebut di rumah, ternyata benar. Begitu pun saya lakukan di hadapan sejumlah teman saya di kantor, keris tersebut benar-benar dapat terbang. O, ya, keris itu saya tembus atau membayar mahar sebesar Rp 9.000.000.


SINGKAT cerita setiap hari, saya kedatangan tamu. Mereka semuanya sepakat dan mendukung saya sebagai Walikota Palembang. "Tapi saya kan walikota tanpa kekuatan hukum. Apa yang harus saya jawab, bila ada yang bertanya dasar hukumnya?" tanya saya.


Seorang pendukung saya kemudian menyarankan saya membuat sebuah organisasi. Nah, berdasarkan organisasi tersebut, saya dinyatakan sebagai Walikota Palembang. Saya pun dilantik menjadi Walikota Palembang, di rumah ibadah milik guru spiritual saya.
Dukungan terhadap saya, kian hari kian bertambah. Dan, setiap orang atau kelompok yang datang, sangat terkagum dengan keris yang dapat terbang milik saya tersebut.
Bahkan, sejumlah pengusaha dari luar negeri turut membiayai kehidupan saya, dan para pendukung saya. Syaratnya, ya, saya harus mampu memengaruhi sejumlah pejabat, yang juga menjadi pendukung saya, mensukseskan semua agenda bisnisnya.


Bahkan, guna mendapatkan legalitas hukum di negara ini, saya harus ikut pemilihan walikota Palembang pada 2008 nanti. Semua biaya kampanye, para pengusaha tersebut menyanggupinya atau menanggungnya.


Bagaimana seandainya saya gagal menjadi Walikota Palembang pada 2008 nanti? Semua pendukung saya dengan mantap menyatakan; saya tetap Walikota Palembang. Dan, bila saya kalah, artinya rakyat Palembang akan menerima resiko kemarahan dari Tuhan.


Apa agenda yang harus saya lakukan guna memakmurkan rakyat Palembang , jika saya terpilih menjadi Walikota Palembang? Menurut penasehat spiritual saya, semuanya tergantung dari wangsit yang saya terima selanjutnya.


Jadi, percayalah, sejak hari ini, sayalah Walikota Palembang, meskipun Pilkada Palembang pada 7 Juni 2008 mendatang. O, ya, soal biaya pembangunan Palembang ke depan, saya menjamin akan aman. Kita tidak perlu tergantung dari bantuan luar negeri, saya menerima wangsit bahwa di Palembang begitu banyak harta karun yang dapat digunakan buat membiayai masyarakat Palembang , termasuk bangsa Indonesia . *
*) Dimuat detikcom, 19 Maret 2008

0 Comments: